Sabtu, 17 Januari 2015

Candi sambisari Kalasan

Candi Sambisari terletak di desa Sambisari, Purwomartani, Kalasan. Candi ini ditemukan kembali secara tidak sengaja oleh seorang petani ketika sedang mencangkul tanah pada tahun 1966. Candi tersebut telah terpendam dalam lapisan lahar Gunung Merapi setebal 6,5 meter.

Pola pembagian halaman candi secara keseluruhan mirip dengan Candi Prambanan, namun dalam bentuk yang lebih sederhana. Hal ini disebabkan Candi Sambisari merupakan candi tingkat watak, sedangkan Candi Prambanan merupakan candi tingkat kerajaan.

Kompleks Candi Sambisari terdiri atas candi utama dan 3 buah candi perwara di depannya. Halaman pertama yang berukuran 50 x 48 meter, dikelilingi pagar dari batu putih. Candi utama berukuran 13,65 x 13,65 meter dengan tinggi 7,5 meter, terdiri atas bagian alas (kaki), tubuh, dan atap. Arah hadapnya ke barat dan memiliki satu bilik. Ketiga candi perwara saat ini tinggal bagian kaki, tanpa tubuh dan atap, masing-masing berukuran 4,80 x 4,80 meter.

Di dalam bilik candi utama, terdapat lingga-yoni dengan cerat yoni menghadap ke arah utara. Bilik candi juga mempunyai beberapa relung yang berisi arca. Relung utara berisi arca Durga, relung timur berisi arca Ganeca, dan relung selatan berisi arca Agastya. Di kanan-kiri pintu masuk juga terdapat relung tetapi arcanya sudah hilang.

Di luar tubuh candi terdapat jalan (selasar) yang mengelilingi tubuh candi yang dibatasi dengan pagar keliling (pagar langkan). Pada selasar ditemukan semacam umpak sebanyak 12 buah (8 berbentuk bulat, 4 berbentuk persegi) yang diduga berfungsi untuk meletakkan tiang-tiang penyangga rangka atap dari kayu.

Akses menuju candi ini sangat mudah karena jalan masuk menuju candi telah di aspal. Untuk menuju lokasi candi, wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat karena akses jalan yang luas. Terdapat juga lokasi parkir disekitar candi yang luas dan aman. Wisatawan cukup membayar Rp.2000,- /orang dewasa dan hanya Rp. 1000,-/ orang anak untuk dapat memasuki wilayah Candi Sambisari. Biaya tersebut sangatlah murah untuk melihat bukti-bukti yang mengandung nilai sejarah yang dimiliki oleh Candi Sambisari ini. 

Candi ini adalah bangunan kuno yang memiliki nilai sejarah sehingga untuk pengelolaannya dilakukan oleh Departmen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Oleh karena itu, apabila wisatawan atau pengunjung ingin memanfaatkan lokasi tersebut dapat langsung menghubungi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta yang terletak di Jalan Yogya-Solo km 15, Bogem, Kalasan Sleman Yogyakarta.
Penemuan
Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari dan dipugar pada tahun 1986 oleh Dinas Purbakala. Nama desa ini kemudian diabadikan menjadi nama candi tersebut.

Posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu material volkanik di sekitar
Description: candi sambisari 2.jpg


Latar sejarah
Candi Sambisari terletak di desa Sambisari, kelurahan Purwomartani, kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Penemuan candi Sambisari terjadi secara kebetulan yaitu pada tanggal Juli 1966, ketika seorang petani yang sedang mengolah sawah milik Bapak Karyoinangun, tiba-tiba merasa cangkulnya membentur batu berukir. Ternyata batu itu merupakan bekas reruntuhan candi. Berita tersebut sampai ke kantor Cabang Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Pramabanan. Langkah selanjutnya segera diadakan peninjauan dan penelitian di tempat temuan. Setelah diperoleh kepastian bahwa penemuan tersebut merupakan sebuah candi yang masih terpendam di dalam tanah, maka segera diputuskan untuk menyelamatkannya dengan mengadakan penggalian atau ekskavasi secepatnya.Langkah-langkah lebih lanjut setelah ekskavasi adalah, melakukan pra-pemugaran yaitu, dengan mengelompokkan batu-batu yang sama jenisnya. Selanjutnya dilakukan penyusunan percobaan dan kemudian pemugaran. Hasil pemugaran candi Sambisari tersebut terlaksana seperti yang terlihat sekarang ini. Satu hal yang unik dari candi Sambisari yaitu, terletak 6.54 m di bawah permukaan tanah.
Mengenai tahun pendirian candi Sambisari secara pasti belum dapat diketahui, karena tidak adanya bukti-bukti konkret yang mendukung validitas penentuannya. Oleh karena itu, untuk menentukan tahun pendiriannya harus ditinjau dari berapa segi.Dari segi arsitektur, candi Sambisari oleh Prof. Dr. Soekmono digolongkan ke dalam bangunan dari abad ke 8. Sedangkan berdasarkan batu isian yang digunakan di candi Sambisari yaitu, batu padas, maka masa pendiriannya semasa dengan candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan sekitar abad ke-9 sampai dengan abab ke-10 M. Jenis batu padas ini banyak terdapat di bukit ratu Boko di Prambanan. Di tempat tersebut nampak bekas-bekas penggalian batu padas pada masa dulu.Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, untuk sementara Soediman menempatkan pendidirian candi dalam dekade pertama atau kedua abad ke-9 M (812-838 M). Pendapat tersebut didukung dengan adanya penemuan sekeping daun emas bertulisan, karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechori bahwa tulisan itu berjalan dari sekitar permulaan abad ke-9 M

Latar Belakang Keagamaan

Di candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam aspek lain yaitu, Lingga dan Yoni. Lingga adalah perwujudan dari Dewa Siwa. Kesatuan, lingga dan yoni merupakan lambang persatuan Siwa dan Çakti-nya. Selain itu juga sebagai lambang kesuburan. Di samping Lingga da Yoni ada beberapa arca dari pantheon agama Hindhu yaitu, Durga Mahesassuramardini (utara), Ganeça (timur), Agastya (selatan), serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintuBerdasarkan arca-arca yang terdapat di candi Sambisari tersebut, maka dapat diketahui bahwa latar belakang keagaman candi Sambisari bersifat Çiwaistis (berpusat pada Siwa)
Tafsiran Raja yang Membangun

Sebagai bangunan suci agama Siwa, maka untuk memperkirakan tentang siapa raja yang membangun candi Sambisari harus dicari raja dari dinasti Sailendra yang menganut agama Siwa. Di dalam prasati Wnua Tengah III tahun 908 M, terdapat nama-nama raja dari dinasti Mataram yaitu:

-        Rahyang I Hara adik Rahyang ri Mdang (Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya) 717-784 M.

-        Cri Maharaja Rakai Panangkaran 746-784 M

-        Cri Maharaja Rakai Panaraban (panuggalan), 784-803 M

-        Cri Maharaja Rakai Warak Dyah Manara, 803-827 M

-        Cri Maharaja Rakai Gula, 827-828 M

-        Cri Maharaja Rakai Garung, 828-846 M

-        Cri Maharaja Rakai Pikatan, 846-855 M

-        Cri Maharaja Dyah Tagwas 885 M (Ia yang memerintah selama 8 bulan)

-        Cri Maharaja Rakai Panumwangan Dyah Dawendra, 855-887 M

-        Cri Maharaja Rakai Garunwangi Dyah Badra, 887 M (ia memerintah selama satu bulan, kemudian meninggalkan kerajaan, selama 8 tahun tidak ada raja yang memerintah, sampai raja berikutnya naik tahta)

-        Cri Maharaja Rakai Wungkalmalang Dyah Jbang, 894-898 M


-        Cri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, 898 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar