Candi
Sambisari terletak di desa Sambisari, Purwomartani, Kalasan. Candi ini
ditemukan kembali secara tidak sengaja oleh seorang petani ketika sedang
mencangkul tanah pada tahun 1966. Candi tersebut telah terpendam dalam lapisan lahar
Gunung Merapi setebal 6,5 meter.
Pola
pembagian halaman candi secara keseluruhan mirip dengan Candi Prambanan, namun
dalam bentuk yang lebih sederhana. Hal ini disebabkan Candi Sambisari merupakan
candi tingkat watak, sedangkan Candi Prambanan merupakan candi tingkat
kerajaan.
Kompleks
Candi Sambisari terdiri atas candi utama dan 3 buah candi perwara di depannya.
Halaman pertama yang berukuran 50 x 48 meter, dikelilingi pagar dari batu
putih. Candi utama berukuran 13,65 x 13,65 meter dengan tinggi 7,5 meter,
terdiri atas bagian alas (kaki), tubuh, dan atap. Arah hadapnya ke barat dan
memiliki satu bilik. Ketiga candi perwara saat ini tinggal bagian kaki, tanpa
tubuh dan atap, masing-masing berukuran 4,80 x 4,80 meter.
Di
dalam bilik candi utama, terdapat lingga-yoni dengan cerat yoni menghadap ke
arah utara. Bilik candi juga mempunyai beberapa relung yang berisi arca. Relung
utara berisi arca Durga, relung timur berisi arca Ganeca, dan relung selatan
berisi arca Agastya. Di kanan-kiri pintu masuk juga terdapat relung tetapi
arcanya sudah hilang.
Di
luar tubuh candi terdapat jalan (selasar) yang mengelilingi tubuh candi yang
dibatasi dengan pagar keliling (pagar langkan). Pada selasar ditemukan semacam
umpak sebanyak 12 buah (8 berbentuk bulat, 4 berbentuk persegi) yang diduga
berfungsi untuk meletakkan tiang-tiang penyangga rangka atap dari kayu.
Akses
menuju candi ini sangat mudah karena jalan masuk menuju candi telah di aspal.
Untuk menuju lokasi candi, wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda dua
maupun kendaraan roda empat karena akses jalan yang luas. Terdapat juga lokasi
parkir disekitar candi yang luas dan aman. Wisatawan cukup membayar Rp.2000,-
/orang dewasa dan hanya Rp. 1000,-/ orang anak untuk dapat memasuki wilayah
Candi Sambisari. Biaya tersebut sangatlah murah untuk melihat bukti-bukti yang
mengandung nilai sejarah yang dimiliki oleh Candi Sambisari ini.
Candi
ini adalah bangunan kuno yang memiliki nilai sejarah sehingga untuk
pengelolaannya dilakukan oleh Departmen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Oleh karena itu, apabila
wisatawan atau pengunjung ingin memanfaatkan lokasi tersebut dapat langsung
menghubungi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta yang
terletak di Jalan Yogya-Solo km 15, Bogem, Kalasan Sleman Yogyakarta.
Penemuan
Candi
ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari dan dipugar
pada tahun 1986 oleh Dinas Purbakala. Nama desa ini kemudian diabadikan menjadi
nama candi tersebut.
Posisi
Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar
karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran
pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya
batu material volkanik di sekitar
Latar sejarah
Candi
Sambisari terletak di desa Sambisari, kelurahan Purwomartani, kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Penemuan candi Sambisari terjadi
secara kebetulan yaitu pada tanggal Juli 1966, ketika seorang petani yang
sedang mengolah sawah milik Bapak Karyoinangun, tiba-tiba merasa cangkulnya
membentur batu berukir. Ternyata batu itu merupakan bekas reruntuhan candi.
Berita tersebut sampai ke kantor Cabang Lembaga Purbakala dan Peninggalan
Nasional di Pramabanan. Langkah selanjutnya segera diadakan peninjauan dan
penelitian di tempat temuan. Setelah diperoleh kepastian bahwa penemuan
tersebut merupakan sebuah candi yang masih terpendam di dalam tanah, maka
segera diputuskan untuk menyelamatkannya dengan mengadakan penggalian atau
ekskavasi secepatnya.Langkah-langkah lebih lanjut setelah ekskavasi adalah,
melakukan pra-pemugaran yaitu, dengan mengelompokkan batu-batu yang sama
jenisnya. Selanjutnya dilakukan penyusunan percobaan dan kemudian pemugaran.
Hasil pemugaran candi Sambisari tersebut terlaksana seperti yang terlihat
sekarang ini. Satu hal yang unik dari candi Sambisari yaitu, terletak 6.54 m di
bawah permukaan tanah.
Mengenai
tahun pendirian candi Sambisari secara pasti belum dapat diketahui, karena
tidak adanya bukti-bukti konkret yang mendukung validitas penentuannya. Oleh
karena itu, untuk menentukan tahun pendiriannya harus ditinjau dari berapa
segi.Dari segi arsitektur, candi Sambisari oleh Prof. Dr. Soekmono digolongkan
ke dalam bangunan dari abad ke 8. Sedangkan berdasarkan batu isian yang
digunakan di candi Sambisari yaitu, batu padas, maka masa pendiriannya semasa
dengan candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan sekitar abad ke-9 sampai dengan
abab ke-10 M. Jenis batu padas ini banyak terdapat di bukit ratu Boko di
Prambanan. Di tempat tersebut nampak bekas-bekas penggalian batu padas pada
masa dulu.Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, untuk sementara Soediman
menempatkan pendidirian candi dalam dekade pertama atau kedua abad ke-9 M
(812-838 M). Pendapat tersebut didukung dengan adanya penemuan sekeping daun
emas bertulisan, karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechori bahwa
tulisan itu berjalan dari sekitar permulaan abad ke-9 M
Latar Belakang Keagamaan
Di
candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam
aspek lain yaitu, Lingga dan Yoni. Lingga adalah perwujudan dari Dewa Siwa.
Kesatuan, lingga dan yoni merupakan lambang persatuan Siwa dan Çakti-nya.
Selain itu juga sebagai lambang kesuburan. Di samping Lingga da Yoni ada
beberapa arca dari pantheon agama Hindhu yaitu, Durga Mahesassuramardini
(utara), Ganeça (timur), Agastya (selatan), serta Mahakala dan Nandiswara
sebagai penjaga pintuBerdasarkan arca-arca yang terdapat di candi Sambisari
tersebut, maka dapat diketahui bahwa latar belakang keagaman candi Sambisari
bersifat Çiwaistis (berpusat pada Siwa)
Tafsiran Raja yang Membangun
Sebagai
bangunan suci agama Siwa, maka untuk memperkirakan tentang siapa raja yang
membangun candi Sambisari harus dicari raja dari dinasti Sailendra yang
menganut agama Siwa. Di dalam prasati Wnua Tengah III tahun 908 M, terdapat
nama-nama raja dari dinasti Mataram yaitu:
- Rahyang I Hara adik Rahyang ri Mdang
(Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya) 717-784 M.
- Cri Maharaja Rakai Panangkaran 746-784
M
- Cri Maharaja Rakai Panaraban
(panuggalan), 784-803 M
- Cri Maharaja Rakai Warak Dyah Manara,
803-827 M
- Cri Maharaja Rakai Gula, 827-828 M
- Cri Maharaja Rakai Garung, 828-846 M
- Cri Maharaja Rakai Pikatan, 846-855 M
- Cri Maharaja Dyah Tagwas 885 M (Ia yang
memerintah selama 8 bulan)
- Cri Maharaja Rakai Panumwangan Dyah
Dawendra, 855-887 M
- Cri Maharaja Rakai Garunwangi Dyah
Badra, 887 M (ia memerintah selama satu bulan, kemudian meninggalkan kerajaan,
selama 8 tahun tidak ada raja yang memerintah, sampai raja berikutnya naik
tahta)
- Cri Maharaja Rakai Wungkalmalang Dyah
Jbang, 894-898 M
- Cri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung, 898 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar