A.
Wisata
Desa Donorejo
Menjelajah
di perbukitan menoreh akan menemukan pedesaan yang memiliki potensi wisata alam
yang indah, sebut saja Desa Donorejo. Desa yang terletak di perbukitan menoreh,
dengan ketinggian antara 800 meter dpl ini memiliki jumlah penduduk kurang
lebih 3800 jiwa. Desa Donorejo ini masuk di wilayah Kec Kaligesing, Kab
Purworejo, Prop Jawa Tengah yang berada di perbatasan dengan Desa Jatimulya,
Kec Girimulya, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Potensi Wisata unggulan yang
dimiliki oleh Desa Donorejo sebagai Desa Wisata adalah Wisata Alam cagar budaya
seperti Goa Seplawan, Sumur Tegasih, Watumejo, Makam Pangeran Tejo Amangkurat.
Dalam
wilayah Desa Wisata Donorejo terhampar juga tebing batu yang menjulang dan
sering dikenal sebagai Gunungkelir karena menyerupai kelir (background) yang
memutih dalam seni pedhalangan. Desa Wisata Donorejo yang berada di atas Gunung
Kelir memanjang memungkinkan sekali kita melihat Golden Sunrise seperti
diatas gunung sikunir Desa Sembungan. Jalan perhutani dan lingkungan
pedesaan yang asri juga merupakan surga bagi penggemar wisata bersepeda
downhill atau mountain bike. Tak hanya pesepeda saja anda yang memiliki hoby
trabas atau menjelajah menggunakan kendaraan Trail ataupun Trial akan
dimanjakan oleh lika-liku jalan tanah disela perkebunan dan hutan yang
menantang adrenalin.
Tak
hanya wisata alam yang indah dan menyenangkan namun Desa Wisata Donorejo juga
memiliki potensi Agrowisata yang melimpah. Tanah subur yang dimiliki Desa
Donorejo membuat desa ini menjadi kaya akan tumbuh-tumbuhan yang
menjadikan hasil pertanian menjadi bagus. Desa Wisata Donorejo yang memiliki
penduduk mayoritas petani ini mampu menghasilkan agro wisata yang banyak dengan
hasil alam seperti cengkih, kopi, panili, kakao serta hasil perkebunan lainya.
Desa
Wisata Donorejo juga memiliki pengrajin Gula Kelapa yang organik sebagai salah
satu aset ekonomi penopang perkembangan penduduk Desa Donorejo. Kekayaan
Agrowisata Desa Donorejo juga ditopang oleh hasil Peternakan Kambing Etawa yang
juga merupakan unggulan Ternak Kab Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Akses Jalan
menuju Desa Donorejo dari Kab Purworejo maupun dari Yogyakarta yang semakin
hari terus diperbaiki makin menunjang kemudahan akses perjalanan menuju Desa
Donorejo.
Sebagai
Desa Wisata maupun Agrowisata Desa Donorejo juga mempercantik diri dengan kelompok-kelompok
sadar wisata juga berhias dengan kelompok kelompok budaya yang ada di Desa
Donorejo. Paguyuban sanggar Budaya Krawitan, Kethoprak, Campursari, Pedhalangan
“Langen Budoyo” masih menggeliat bergerak aktif sebagai pelestari budaya
dikawasan Donorejo. Tak ketinggalan pula seni tari yang tergabung dalam
Paguyuban Bekso Langen Budoyo, Kuda kepang atau sering disebut Jathilan, Campur
Asih dan Turonggo Adi Putro juga melengkapi geliat masyarakat Desa Wisata
Donorejo.
Tak
hanya menggarap seni kreasi baru namun Desa Donorejo juga masih melestarikan
seni Budaya Tari Dolalak sebagai kesenian khas asli Kec Kaligesing. Masih
banyak Ritual desa yang juga merupakan Kekayaan Wisata Budaya Desa Donorejo
yang pasti akan menjadi hiburan serta menjadi tujuan wisata namun saat ini Desa
Wisata Donorejo sedang bersiap dan berbenah untuk menjadi surga wisata desa.
Tak
perlu ragu untuk datang ke Desa Wisata Donorejo sebagai tujuan wisata akhir
pekan anda karena selain menjanjikan relaksasi dan rekreasi alam,budaya anda
juga bisa merenangi dunia maya dengan fasilitas free hotspot yang ada di
kawasan Gunungkelir yang tentunya tetap memungkinkan anda yang berada di atas
gunung akan terhubung dengan luasnya Dunia Maya.
B.
Goa
Seplawan
Goa
Seplawan adalah salah satu goa yang berada di kabupaten Purworejo. Goa ini
terletak di gugusan bukit menoreh perbatasan Kab Purworejo dan Kulon Progo
tepatnya berada di desa Donorejo,kecamatan Kaligesing sekitar 40 kilometer ke timur
dari pusat kota Purworejo dan berada di sekitar 700 meter dari Permukaan
laut.
Goa
Seplawan terbentuk dari proses evolusi alam selama berjuta-juta tahun itu telah
membentuk permukaan pegunungan purba itu sedemikian rupa sehingga menghadirkan
keajaiban panorama alam. Panjang Goa Seplawan +
700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150 – 300 m dan berdiameter 15 m. Pada
puncak-puncak pegunungan tersebut terdapat sejumlah goa, seperti Goa Kiskendo
di Kulon Progo, Goa Seplawan di Purworejo, dan sejumlah goa buatan hasil
kebudayaan masa purba lainnya di sekitar Purworejo.
Akses
ke goa Seplawan sekarang mudah, untuk kendaraan roda empat bisa mencapai lokasi
dengan mudah dan sudah dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasana seperti
Tempat parkir kendaran, kamar mandi/WC, Mushola kecil yang sederhana, Gashebo,
Gardu Pandang, Aula untuk Pementasan / Pertemuan dan juga ada taman-taman bunga
yang indah.
Perpaduan
antara keindahan dan kesejukan di area goa Seplawan sangatlah menyenangkan.
Melalui gardu pandang pengunjung bisa melihat pantai selatan, kota Kulon Krogo,
serta Waduk Sermo. Bahkan jika naik ke salah satu bukit di kawasan goa itu,
pengunjung bisa melihat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan
Sindoro dan juga Gunung Slamet. Namun, gunung-gunung itu hanya bisa dilihat
pada pagi hari. Maka, banyak para pengunjung yang camping di Seplawan sehingga
pada pagi harinya bisa melihat keindahan alam dari kawasan Seplawan itu. Pengembangan wisata harus senantiasa
dilakukan baik dari pemerintah dan masyarakatnya, sehingga wisata ini bisa
menjadi salah satu prioritas kunjungan ketika berada di Purworejo.
C.
Sejarah
Dan Geografis
Nama
Goa Seplawan sudah diketahui dan dikenal sejak zaman dahulu. Karena lokasi goa
seplawan termasuk tanah pertanian milik rakyat, yang dilingkungi hutan pinus,
milik Perhutani. Sehingga pemandangan alam kelihatan hijau, dan hawa sejuk
segar cocok untuk bersantai. Goa Seplawan adalah salah satu goa yang berada di
kabupaten Purworejo. Goa ini terletak di gugusan bukit menoreh perbatasan Kab
Purworejo dan Kulon Progo tepatnya berada di Desa Donorejo, Kecamatan
Kaligesing, sekitar 40 kilometer ke timur dari pusat kota Purworejo dan berada
di sekitar 700 meter dari Permukaan laut.
Goa
Seplawan itu merupakan peninggalan sejarah peradaban masa lalu terbukti dengan
ditemukannya sebuah arca emas 24 karat setinggi 9 cm dengan berat 2,5 kg. pada
15 Agustus 1979 di salah satu sudut goa. Arca Kencana itu berupa patung
sepasang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan. Para ahli arkeolog
meyakini bahwa patung itu adalah Dewa Siwa dan Dewi Parwati, Arca itu merupakan
peninggalan pada zaman Hindu Siwa.
Kini
arca tersebut disimpan di Museum Nasional dan sebagai gantinya Pemerintah
membangun replika arca didepan mulut goa, replika itu ukurannya lebih besar
dari yang sebenarnya. Arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, Soekatno TW,
memperkirakan arca emas itu adalah sepasang dewa dan dewi. Hal itu, katanya,
ditandai dengan pasangan yang mengenakan pakaian lengkap dengan chattra, bahkan
dengan prabha di sekitar kepalanya. Selain itu, ditemukan pula lingga-yoni di
samping mulut goa. Pasangan lingga-yoni itu menyerupai alu dan lesung yang
menyimbolkan laki-laki dan perempuan.
Temuan
arca lingga-yoni, menurut Soekatno, memberikan petunjuk bahwa pasangan
dewa-dewi tersebut merupakan peninggalan Hindu Siwa, yang diduga menggambarkan
Siwa-Parwati atau arca perwujudan raja dan permaisuri dalam bentuk
Siwa-Parwati. Temuan-temuan tersebut, lanjut Soekatno, diperkirakan sezaman
dengan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, yakni sekitar abad ke-9 Masehi.
Perkiraan itu didasarkan pada sejumlah temuan penyerta yang ada di goa tersebut,
yang juga digambarkan pada relief Candi Borobudur.
Temuan
lain yang dijumpai pula di Goa Seplawan adalah jejak-jejak fosil kerang
berukuran 5 cm-15 cm. Jejak-jejak fosil itu dapat ditemui pada dinding goa dan,
menurut laporan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, hal itu
merupakan hasil proses terangkatnya daerah sekitar Pegunungan Menoreh ke
permukaan laut. Diperkirakan, temuan itu merupakan jejak-jejak fosil kerang
laut. Di tempat itu ditemukan juga jejak fosil berbagai jenis ikan asal Sumatera
Barat yang menempel pada dinding goa. Binatang itu diduga pernah hidup di dasar
laut pada masa Eosen, sekitar 40 juta tahun yang lalu.
Meski
di dalam Goa Seplawan ditemukan sejumlah benda-benda bersejarah, diperkirakan
goa itu bukan tempat hunian, hanya dijadikan sebagai situs pemujaan. Goa
tersebut merupakan tempat pemujaan bagi kalangan penguasa atau raja yang telah
mengundurkan diri dari aktivitas duniawi. Perkiraan bahwa goa tersebut bukan
tempat hunian karena di dalamnya kurang cahaya, bahkan sirkulasi udaranya pun
tidak terlalu menyegarkan. Lantai goa yang berbentuk tanah basah dan selalu
dialiri air pun membuat lokasi itu tidak nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.
Selain nilai sejarah, gua Seplawan juga menampilkan keindahan artistiknya.
Ornamen-ornamen yang indah dan mengagumkan seperti adanya stalaktit dan
stalakmit dengan ukuran beraneka ragam. Ornamen lainnya pun tak kalah
menariknya seperti Flow stone, helektit, soda straw, gowerdam dan lain-lain. Goa
Seplawan mempunyai panjang sekitar 700 Meter sedangkan cabang-cabang goa
sekitar 150-300 meter. Jalur yang khusus untuk para pengunjung sudah ada
penerangan lampu sedangkan untuk cabang-cabang goa tidak dipasang lampu karena
kondisinya yang berlumpur. Sehingga ada yang memberi nama cabang goa itu dengan
istilah “istana lumpur” karena saking banyaknya lumpur.
Hal
yang menarik lainnya adalah apa yang terdapat pada goa tersebut yaitu sumber
air yang menyegarkan yang Di atas telaganya terdapat tulisan kuno yang berbunyi
Saplo wan yang memiliki arti saplu : suci . wan : manusia yang bisa di artikan
Manusia suci atau tempat mensucikan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar