Kamis, 15 Januari 2015

Goa Seplawan

A.    Wisata Desa Donorejo
Menjelajah di perbukitan menoreh akan menemukan pedesaan yang memiliki potensi wisata alam yang indah, sebut saja Desa Donorejo. Desa yang terletak di perbukitan menoreh, dengan ketinggian antara 800 meter dpl ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 3800 jiwa. Desa Donorejo ini masuk di wilayah Kec Kaligesing, Kab Purworejo, Prop Jawa Tengah yang berada di perbatasan dengan Desa Jatimulya, Kec Girimulya, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Potensi Wisata unggulan yang dimiliki oleh Desa Donorejo sebagai Desa Wisata adalah Wisata Alam cagar budaya seperti Goa Seplawan, Sumur Tegasih, Watumejo, Makam Pangeran Tejo Amangkurat.
Dalam wilayah Desa Wisata Donorejo terhampar juga tebing batu yang menjulang dan sering dikenal sebagai Gunungkelir karena menyerupai kelir (background) yang memutih dalam seni pedhalangan. Desa Wisata Donorejo yang berada di atas Gunung Kelir memanjang memungkinkan sekali kita melihat Golden Sunrise seperti diatas  gunung sikunir Desa Sembungan. Jalan perhutani dan lingkungan pedesaan yang asri juga merupakan surga bagi penggemar wisata bersepeda downhill atau mountain bike. Tak hanya pesepeda saja anda yang memiliki hoby trabas atau menjelajah menggunakan kendaraan Trail ataupun Trial akan dimanjakan oleh lika-liku jalan tanah disela perkebunan dan hutan yang menantang adrenalin.
Tak hanya wisata alam yang indah dan menyenangkan namun Desa Wisata Donorejo juga memiliki potensi Agrowisata yang melimpah. Tanah subur yang dimiliki Desa Donorejo membuat desa ini menjadi kaya akan tumbuh-tumbuhan yang menjadikan hasil pertanian menjadi bagus. Desa Wisata Donorejo yang memiliki penduduk mayoritas petani ini mampu menghasilkan agro wisata yang banyak dengan hasil alam seperti cengkih, kopi, panili, kakao serta hasil perkebunan lainya.
Desa Wisata Donorejo juga memiliki pengrajin Gula Kelapa yang organik sebagai salah satu aset ekonomi penopang perkembangan penduduk Desa Donorejo. Kekayaan Agrowisata Desa Donorejo juga ditopang oleh hasil Peternakan Kambing Etawa yang juga merupakan unggulan Ternak Kab Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Akses Jalan menuju Desa Donorejo dari Kab Purworejo maupun dari Yogyakarta yang semakin hari terus diperbaiki makin menunjang kemudahan akses perjalanan menuju Desa Donorejo.
Sebagai Desa Wisata maupun Agrowisata Desa Donorejo juga mempercantik diri dengan kelompok-kelompok sadar wisata juga berhias dengan kelompok kelompok budaya yang ada di Desa Donorejo. Paguyuban sanggar Budaya Krawitan, Kethoprak, Campursari, Pedhalangan “Langen Budoyo” masih menggeliat bergerak aktif sebagai pelestari budaya dikawasan Donorejo. Tak ketinggalan pula seni tari yang tergabung dalam Paguyuban Bekso Langen Budoyo, Kuda kepang atau sering disebut Jathilan, Campur Asih dan Turonggo Adi Putro juga melengkapi geliat masyarakat Desa Wisata Donorejo.
Tak hanya menggarap seni kreasi baru namun Desa Donorejo juga masih melestarikan seni Budaya Tari Dolalak sebagai kesenian khas asli Kec Kaligesing. Masih banyak Ritual desa yang juga merupakan Kekayaan Wisata Budaya Desa Donorejo yang pasti akan menjadi hiburan serta menjadi tujuan wisata namun saat ini Desa Wisata Donorejo sedang bersiap dan berbenah untuk menjadi surga wisata desa.
Tak perlu ragu untuk datang ke Desa Wisata Donorejo sebagai tujuan wisata akhir pekan anda karena selain menjanjikan relaksasi dan rekreasi alam,budaya anda juga bisa merenangi dunia maya dengan fasilitas free hotspot yang ada di kawasan Gunungkelir yang tentunya tetap memungkinkan anda yang berada di atas gunung akan terhubung dengan luasnya Dunia Maya.
B.     Goa Seplawan
Goa Seplawan adalah salah satu goa yang berada di kabupaten Purworejo. Goa ini terletak di gugusan bukit menoreh perbatasan Kab Purworejo dan Kulon Progo tepatnya berada di desa Donorejo,kecamatan Kaligesing sekitar 40 kilometer ke timur dari pusat kota Purworejo dan berada di sekitar 700 meter dari Permukaan laut.
Goa Seplawan terbentuk dari proses evolusi alam selama berjuta-juta tahun itu telah membentuk permukaan pegunungan purba itu sedemikian rupa sehingga menghadirkan keajaiban panorama alam. Panjang Goa Seplawan + 700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150 – 300 m dan berdiameter 15 m. Pada puncak-puncak pegunungan tersebut terdapat sejumlah goa, seperti Goa Kiskendo di Kulon Progo, Goa Seplawan di Purworejo, dan sejumlah goa buatan hasil kebudayaan masa purba lainnya di sekitar Purworejo.
Akses ke goa Seplawan sekarang mudah, untuk kendaraan roda empat bisa mencapai lokasi dengan mudah dan sudah dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasana seperti Tempat parkir kendaran, kamar mandi/WC, Mushola kecil yang sederhana, Gashebo, Gardu Pandang, Aula untuk Pementasan / Pertemuan dan juga ada taman-taman bunga yang indah.
Perpaduan antara keindahan dan kesejukan di area goa Seplawan sangatlah menyenangkan. Melalui gardu pandang pengunjung bisa melihat pantai selatan, kota Kulon Krogo, serta Waduk Sermo. Bahkan jika naik ke salah satu bukit di kawasan goa itu, pengunjung bisa melihat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Sindoro dan juga Gunung Slamet. Namun, gunung-gunung itu hanya bisa dilihat pada pagi hari. Maka, banyak para pengunjung yang camping di Seplawan sehingga pada pagi harinya bisa melihat keindahan alam dari kawasan Seplawan itu.  Pengembangan wisata harus senantiasa dilakukan baik dari pemerintah dan masyarakatnya, sehingga wisata ini bisa menjadi salah satu prioritas kunjungan ketika berada di Purworejo.


C.    Sejarah Dan Geografis
Nama Goa Seplawan sudah diketahui dan dikenal sejak zaman dahulu. Karena lokasi goa seplawan termasuk tanah pertanian milik rakyat, yang dilingkungi hutan pinus, milik Perhutani. Sehingga pemandangan alam kelihatan hijau, dan hawa sejuk segar cocok untuk bersantai. Goa Seplawan adalah salah satu goa yang berada di kabupaten Purworejo. Goa ini terletak di gugusan bukit menoreh perbatasan Kab Purworejo dan Kulon Progo tepatnya berada di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, sekitar 40 kilometer ke timur dari pusat kota Purworejo dan berada di sekitar 700 meter dari Permukaan laut.
Goa Seplawan itu merupakan peninggalan sejarah peradaban masa lalu terbukti dengan ditemukannya sebuah arca emas 24 karat setinggi 9 cm dengan berat 2,5 kg. pada 15 Agustus 1979  di salah satu sudut goa. Arca Kencana itu berupa patung sepasang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan. Para ahli arkeolog meyakini bahwa patung itu adalah Dewa Siwa dan Dewi Parwati, Arca itu merupakan peninggalan pada zaman Hindu Siwa.
Kini arca tersebut disimpan di Museum Nasional dan sebagai gantinya Pemerintah membangun replika arca didepan mulut goa, replika itu ukurannya lebih besar dari yang sebenarnya. Arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, Soekatno TW, memperkirakan arca emas itu adalah sepasang dewa dan dewi. Hal itu, katanya, ditandai dengan pasangan yang mengenakan pakaian lengkap dengan chattra, bahkan dengan prabha di sekitar kepalanya. Selain itu, ditemukan pula lingga-yoni di samping mulut goa. Pasangan lingga-yoni itu menyerupai alu dan lesung yang menyimbolkan laki-laki dan perempuan.
Temuan arca lingga-yoni, menurut Soekatno, memberikan petunjuk bahwa pasangan dewa-dewi tersebut merupakan peninggalan Hindu Siwa, yang diduga menggambarkan Siwa-Parwati atau arca perwujudan raja dan permaisuri dalam bentuk Siwa-Parwati. Temuan-temuan tersebut, lanjut Soekatno, diperkirakan sezaman dengan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, yakni sekitar abad ke-9 Masehi. Perkiraan itu didasarkan pada sejumlah temuan penyerta yang ada di goa tersebut, yang juga digambarkan pada relief Candi Borobudur.
Temuan lain yang dijumpai pula di Goa Seplawan adalah jejak-jejak fosil kerang berukuran 5 cm-15 cm. Jejak-jejak fosil itu dapat ditemui pada dinding goa dan, menurut laporan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, hal itu merupakan hasil proses terangkatnya daerah sekitar Pegunungan Menoreh ke permukaan laut. Diperkirakan, temuan itu merupakan jejak-jejak fosil kerang laut. Di tempat itu ditemukan juga jejak fosil berbagai jenis ikan asal Sumatera Barat yang menempel pada dinding goa. Binatang itu diduga pernah hidup di dasar laut pada masa Eosen, sekitar 40 juta tahun yang lalu.
Meski di dalam Goa Seplawan ditemukan sejumlah benda-benda bersejarah, diperkirakan goa itu bukan tempat hunian, hanya dijadikan sebagai situs pemujaan. Goa tersebut merupakan tempat pemujaan bagi kalangan penguasa atau raja yang telah mengundurkan diri dari aktivitas duniawi. Perkiraan bahwa goa tersebut bukan tempat hunian karena di dalamnya kurang cahaya, bahkan sirkulasi udaranya pun tidak terlalu menyegarkan. Lantai goa yang berbentuk tanah basah dan selalu dialiri air pun membuat lokasi itu tidak nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Selain nilai sejarah, gua Seplawan juga menampilkan keindahan artistiknya. Ornamen-ornamen yang indah dan mengagumkan seperti adanya stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beraneka ragam. Ornamen lainnya pun tak kalah menariknya seperti Flow stone, helektit, soda straw, gowerdam dan lain-lain. Goa Seplawan mempunyai panjang sekitar 700 Meter sedangkan cabang-cabang goa sekitar 150-300 meter. Jalur yang khusus untuk para pengunjung sudah ada penerangan lampu sedangkan untuk cabang-cabang goa tidak dipasang lampu karena kondisinya yang berlumpur. Sehingga ada yang memberi nama cabang goa itu dengan istilah “istana lumpur” karena saking banyaknya lumpur.

Hal yang menarik lainnya adalah apa yang terdapat pada goa tersebut yaitu sumber air yang menyegarkan yang Di atas telaganya terdapat tulisan kuno yang berbunyi Saplo wan yang memiliki arti saplu : suci . wan : manusia yang bisa di artikan Manusia suci atau tempat mensucikan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar